Kemungkinan
Malam ini aku kembali mencoret tanggal di kalenderku, entah sudah malam keberapa aku masih melakukan hal seperti itu. Kemudian Setiap pagi menjadi rutinitas untuk melihat isi kolom chat kita, melihat perkembangannya. dan hasilnya masih sama. Kabarmu tak kuterima, Pesan yang kukirim terakhir kalipun juga belum berubah menjadi ceklis 2 biru.
Manusiawi jika semua rasa gelisah,cemas,takut itu ada. Apalagi kamu yang menghilang tanpa memberi penegasan sekedar untuk penguat hati. Ini seperti mimpi buruk.
Apa ini akan terjadi lagi? Tidak, Aku tidak boleh berburuk
sangka. Apa salahnya untuk sedikit lebih tenang, bersabar dan meningkatkan rasa
kepercayaan?
Awalnya kufikir ini terkesan tidak adil, Kamu berubah
menjadi egois dan tidak peduli dengan perasaanku. Aku yang sebelumnya tidak pernah memperkirakan
hal ini akan terjadi seakan-akan menjadi kalangkabut.
“Kamu kenapa?”
“Apa salahku?
Setelah mendamaikan perang batin dan fikiran, aku jadi mengerti. Tidak mudah mempersatukan dua hati dan pemikiran menjadi satu. Harus ada salah satu yang mencairkan.
Apa salahnya untuk mencoba menerima?
Maksudku bisakah kali ini kita,kaum yang berperasa menjadi mengalah dan mau menerima kaum berlogika
dengan polahnya itu? Bukankah sudah sering kaum berlogika lebih banyak mengalah
karena keegoisan kaum berperasa? Mungkin kali ini polah yang dibuat kaum berlogika
memang sangat diluar nalar. Sepertinya. Ah tuhkan berperasa lagi..
Mungkin ada hal yang memang tidak bisa kamu bagi, Mungkin ada
hal yang memang tidak bisa kumengerti. Banyak beberapa kemungkinan yang memang
terjadi, tidak semua kemungkinan itu buruk. Mungkin saja kemungkinan itu bisa menjadikan
kita lebih baik lagi nantinya. Iyakan?
Aku percaya jika sewaktu-waktu perjalanan memang butuh jarak. Bukankah kalimat butuh spasi agar terlihat lebih berarti? Tidak semua hubungan selalu tentang kita, Tentang aku dan kamu. Tapi bukan berarti melibatkan DIA yang beracun ya. Tidak, Aku tidak akan terima untuk hal itu, tidak ada kata MAAF.
Sepertinya memang kamu butuh duniamu kali ini. Ya.. mungkin
hanya duniamu yang membuat jati dirimu kembali utuh tanpa melibatkan aku. Sang pengerecok
yang selalu menuntut ingin di prioritaskan.
Aku sadar, Duniamu bukan tentang aku saja. Ada
keluarga,sahabat dan beberapa hobimu yang jauh membuat hidupmu lebih berwarna,lebih
hidup. Sesuatu yang dilakukan tanpa melibatkan aku, yang membuatmu jauh lebih
bahagia dan menemukan jiwamu yang sesungguhnya. yang sebelumnya sempat terkubur
karena kamu sedang jatuh cinta.
Aku membenarkan maksudmu, namun sepertinya cara dalam
pengaplikasiannya yang salah. Tidak hanya kamu, sepertinya juga aku. Kita
sama-sama tersangka.
Aku mencoba paham, Kita ini tumbuh. Jadi wajar saja jika banyak hal-hal baru yang bermunculan. Apalagi kejenuhan. pasti butuh pengendalian untuk menebasnya dan menggantikan menjadi rasa tertantang.
Tapi
itu semua bukan alasan untuk menyerah kalah dalam sebuah perjalanan. Manusia
tidak akan punya rasa tertantang dan usaha jika setiap jalan yang dilalui hanya
lurus dan mendatar.
Untuk saat ini yang bisa kupercayai adalah janjimu dan kata
hatiku. Tidak ada yang lain. Meskipun kadang perasaan dan fikiran ini selalu tidak
sinkron disela-sela waktu, Namun rasanya ada ketenangan tersendiri. Sepertinya ini
bentuk apresiasi bahwa diriku mempercayaimu seutuhnya. Dan kamu memang menepati
janjimu, Dirimu hanya untuk dunia mu. Tidak ada racun didalamnya.
Kamu seorang pejalan. Aku tidak bisa menuntut seorang
pejalan untuk selalu tetap dirumah. Tugasku saat ini adalah Percaya,Menunggu
dan Menjaga rumah. Ya, Rumah kita. Aku percaya kamu seorang pejalan yang hebat,
yang tau arah dan waktu yang tepat untuk pulang.
Jadi, Secepatnya lekaslah pulang. Mari berdampingan, kita
isi segala kekurangan yang ada dengan langkah seirama. jemput dan ajak aku untuk
meraih mimpi-mimpi kita yang tertunda. Mari bersama-sama, sampai tercapai
segala keinginan kita.
-An
Komentar
Posting Komentar